..:: Catatan Sang Hina dalam mencari Sang Khalik ::..: Agustus 2011

Administrator

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Assalamualaikum Saya hanyalah, bagian dari kesempurnaan sistem penciptaan alam oleh Allah SWT, saya berusaha untuk tidak lupa bersyukur atas Rahmat dan KaruniaNya. Mari kita berusaha untuk menjaga kedamaian sistem kehidupan di dunia ini agar kelak dikemudian hari, tanggung jawab kitalah yang dipertaruhkan. Waalaikumsalam.

Jumat, Agustus 26, 2011

Inilah ayat AlQuran dan Hadist mengapa Islam menganjurkan Wanita memakai Jilbab?

Assalaamualaikum Wr Wb

1. Asma binti Abu Bakar telah telah menemui Rasulullah dengan memakai pakaian yang tipis.
Sabda Rasulullah “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja” (HR. Bukhari & Muslim)

2. “Sesungguhnya sebilang ahli neraka adalah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya” (HR. Bukhari & Muslim)

3. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab : 59)

4. “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim)

Wassalaamualaikum Wr Wb

Akhlaq Mulia, Penarik Hati Yang Banyak Dilalaikan

Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu.
Allah berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)

Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya.

Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka.

Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita?

Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja.

Kaidah Birrul Walidain

Saudariku, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat. Tak semua anak yang melanggar perintah orang tua dikatakan anak durhaka. Karena ketaatan pada orang tua tidak bersifat mutlak. Tidak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang sifatnya mutlak.

Ada beberapa hal yang sering dianggap sebagai kedurhakaan pada orang tua, padahal sebenarnya bukan. Antara lain:

1. Anak menolak perintah orangtua yang melanggar syariat Islam

Pada asalnya, seorang anak wajib taat pada orangtuanya. Akan tetapi jika yang diperintahkan orang tua melanggar syariat, maka anak tidak boleh mentaatinya. Yaitu jika orang tua memerintahkan anak melakukan kesyirikan, bid’ah dan maksiat. Contoh konkritnya: orang tua memerintahkan anak memakai jimat, orang tua menyuruh ngalap berkah pada kyai A, orang tua menyuruh anak berjabat tangan dengan lelaki bukan mahrom, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Bahkan ini termasuk bakti kepada orang tua karena mencegah mereka dari perbuatan haram.

Allah berfirman yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman: 15)

Namun, seorang anak hendaknya tetap menggunakan adab dan perkataan yang baik. Dan terus mempergauli dan mendakwahi mereka dengan baik pula.

2. Anak tidak patuh atas larangan orangtua menjalankan syariat Islam

Tidak disebut durhaka anak yang tidak patuh saat orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, padahal di saat itu orang tua sedang tak membutuhkannya (misal karena orang tua sedang sakit atau saat keadaan darurat). Contoh konkritnya: melarang anaknya shalat jama’ah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu syar’i, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah wajib mentaati makhluk yang memerintah agar maksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad). Dan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwasanya ketaatan hanya dilakukan dalam perkara yang baik. Maka janganlah engkau melakukan perkara yang haram dengan alasan ingin berbakti pada orang tuamu. Tidak wajib bagimu taat pada mereka dalam bermaksiat pada Allah.

3. Orang tua yang marah atas keistiqomahan dan nasihat anaknya

Seorang anak wajib menasihati orang tuanya saat mereka melanggar syariat Islam. Apabila orang tua sakit hati dan marah, padahal sang anak telah menggunakan adab yang baik dan perkataan yang lembut, maka hal ini tidak termasuk durhaka pada orang tua.

Saat gundah menyapamu, …
Bagaimana ini, aku telah membuat orang tuaku marah? Padahal bukankah keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Tirmidzi)?
Saudariku, marahnya orang tua atas keistiqomahan dan nasihat anak, tidaklah termasuk dalam hadits di atas. Hadits di atas tidak berlaku secara mutlak, kita tetap harus melihat kaidah birrul walidain.

Ingatlah saat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah.” (Qs. Maryam: 44). Orang tua yang menolak kebenaran Islam kemudian mendapat nasihat dari anaknya, kemungkinan besar akan marah. Tapi sang anak tetap tidak dikatakan durhaka.

Saudariku, bila orangtuamu marah atas keistiqomahanmu, maka ingatkan dirimu dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Perhatikanlah hadits di atas! Ketika engkau menaati orang tuamu dalam bermaksiat pada Allah, agar orang tuamu ridha. Sedangkan sebenarnya Allah Murka padamu. Maka, bisa jadi Allah justru akan membuat orang tuamu tetap murka pula kepadamu. Meski engkau telah menuruti keinginan mereka.
Dan sadarkah engkau, saat engkau menuruti mereka dalam perbuatan maksiat pada Allah, maka sejatinya perintah mereka akan terus berlanjut. Tidakkah engkau khawatir Allah akan murka pada orangtuamu disebabkan mereka terus memerintahkanmu bermaksiat kepada-Nya.

Saudariku, bukankah hati kedua orang tuamu berada di genggaman Allah. Maka, yang terpenting bagimu adalah berusahalah meraih ridha Allah dengan keshalihan dan keistiqomahanmu. Semoga dengan demikian Allah Ridha padamu. Semoga Allah menghiasi ucapan dan amalan kita sehingga orang tua kita pun -bi idznillah- akhirnya ridha kepada kita.

Akhlaq Mulia, Penarik Hati yang Banyak Dilalaikan

Ustadz Abdullah Zaen, Lc dalam bukunya 14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah berkata, “Kerenggangan antara orangtua dan anak itu seringkali terjadi akibat ‘benturan-benturan’ yang terjadi dampak dari orang tua yang masih awam memaksa si anak untuk menjalani beberapa ritual yang berbau syirik, sedangkan si anak berpegang teguh dengan kebenaran yang telah ia yakini. Akhirnya yang terjadi adalah kerenggangan di antara penghuni rumah tersebut. Hal itu semakin diperparah ketika si anak kurang bisa mencairkan suasana dengan mengimbangi kesenjangan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orangtuanya. Padahal betapa banyak hati orang tua -bi idznillah- yang luluh untuk menerima kebenaran yang dibawa si anak bukan karena pintarnya anak beragumentasi, namun karena terkesannya sang orang tua dengan akhlak dan budi pekerti anaknya yang semakin mulia setelah dia ngaji!! Penjelasan ini sama sekali tidak mengecilkan urgensi argumentasi yang kuat, namun alangkah indahnya jika seorang muslim apalagi seorang salafi bisa memadukan antara argumentasi yang kuat dengan akhlak yang mulia!.”

Maka, akhlaq yang mulia adalah jalan terdekat menuju luluhnya hati orangtua. Anak adalah mutiara hati orang tua. Saat mutiara itu bersinar, hati orang tua mana yang tidak menjadi terang.

Percaya atau tidak. Kedekatanmu kepada mereka, perhatianmu, kelembutanmu, bahkan hanya sekedar wajah cerah dan senyummu di hadapan mereka adalah bagaikan sinar mentari yang menghangatkan hati mereka.

Sayangnya, banyak dari kita yang justru melalaikan hal ini. Kita terlalu sibuk dengan tuntutan kita karena selama ini orangtua-lah yang banyak menuruti keinginan kita. Seakan-akan hanya orangtua-lah yang wajib berlaku baik pada kita, sedang kita tidak wajib berbuat baik pada mereka. Padahal, kitalah sebagai anak yang seharusnya lebih banyak mempergauli mereka dengan baik.

Kita pun terlalu sibuk dengan dunia kita. Juga sibuk dengan teman-teman kita. Padahal orang tua hanya butuh sedikit perhatian kita. Kenapakah kita begitu pelit mengirimkan satu sms saja untuk menanyakan kabar mereka tiap hari? Sedangkan berpuluh-puluh SMS kita kirimkan untuk sekadar bercanda ria dengan teman kita.

Kemudian, beratkah bagi kita untuk menyenangkan mereka dengan hadiah? Janganlah engkau remehkan meski sekedar membawa pulang oleh-oleh seplastik singkong goreng kesukaan ayah atau sebungkus siomay favorit ibu. Harganya memang tak seberapa, tapi hadiah-hadiah kecil yang menunjukkan bahwa kita tahu apa kesukaan mereka, apa yang mereka tak suka, dan apa yang mereka butuhkan, jauh lebih berharga karena lebih menunjukkan besarnya perhatian kita.

Dakwahku, Bukti Cintaku Kepada Ayah Ibu…

Hakikat kecintaan kita terhadap seseorang adalah menginginkan kebaikan bagi dirinya, sebagaimana kita menginginkan kebaikan bagi diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak akan sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sehingga dia mencintai bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, wujud kecintaan kita kepada orangtua kita adalah mengusahakan kebaikan bagi mereka.
Tahukah engkau kebaikan apa yang dimaksud?

Seorang ayah telah berbuat baik kepada anaknya dengan pendidikan dan nafkah yang diberikan. Sedangkan ibunya telah merawat dan melayani kebutuhan anak-anaknya. Maka sudah semestinya anaknya membalas kebaikan tersebut. Dan sebaik-baik kebaikan adalah mengajak mereka kepada kebahagiaan dan menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.” (Qs. At Tahrim 6)

Saudariku, jika engkau benar-benar mencintai orangtuamu, maka jadikanlah dakwahmu sebagai bakti terindahmu kepada mereka. Ingatlah lagi mengenai dakwah Nabi Ibrahim kepada orangtuanya. Bakti pada orang tua sama sekali tidak menghalangi kita untuk berdakwah pada mereka. Justru karena rasa cintalah, yang membuat kita menasihati mereka. Jika bukan kita, maka siapakah lagi yang akan mendakwahi mereka?

Apakah harus dengan mengajak mereka mengikuti kajian? Jika bisa, alhamdulillah. Jika tidak, maka sesungguhnya ada banyak cara yang bisa engkau tempuh agar mereka bisa mengetahui ilmu syar’i dan mengamalkannya.

Jadilah engkau seorang yang telaten dan tidak mudah menyerah dalam berdakwah kepada orang tuamu.
Ingatlah ketika engkau kecil. Ketika engkau hanya bisa tidur dan menangis. Orangtuamulah yang mengajarimu, mengurusmu, memberimu makan, membersihkanmu dan memenuhi kebutuhanmu. Ketika engkau mulai merangkak, kemudian berdiri, dengan sabar orangtuamu memegang tanganmu dan melatihmu. Dan betapa senangnya hati orangtuamu melihat langkah kaki pertamamu. Bertambah kesenangan mereka ketika engkau berjalan meski dengan tertatih-tatih. Saat engkau telah bisa berlari-lari, pandangan orangtuamu pun tak lepas darimu. Menjagamu dari melangkah ke tempat yang berbahaya bagimu.

Ketika engkau mulai merasa letih berdakwah, ingatlah bahwasanya orangtuamu telah membesarkanmu, merawatmu, mendidikmu bertahun-tahun tanpa kenal lelah.

Ya. Bertahun-tahun mereka mendidikmu, bersabar atas kenakalanmu… Maka mengapakah engkau begitu mudahnya menyerah dalam berdakwah kepada mereka? Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah Yang Maha Pemberi Hidayah. Maka teruslah berdakwah hingga datang waktunya Allah Membuka hati kedua orangtua kita.

Landasi Semuanya Dengan Ilmu

Seorang anak dengan sedikit ilmu, maka bisa jadi ia akan bersikap lemah dan mudah futur (putus asa) saat menghadapi rintangan dari orangtuanya yang sudah banyak makan garam kehidupan. Bahkan, ia tidak bisa berdakwah pada orang tuanya. Sedangkan seorang anak yang ilmunya belum matang, bisa jadi ia bersikap terlalu keras. Sehingga orangtuanya justru makin antipati dengan dakwah anaknya.

Maka, bekalilah dirimu dengan ilmu berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman salafush shalih. Karena dengan ilmulah seorang mampu bersikap bijak, yaitu mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Dengan ilmulah kita mengetahui hukum dari permasalahan yang kita hadapi dan bagaimana solusinya menurut syariat. Dengan ilmulah kita mengetahui, pada perkara apa saja kita harus menaati orang tua. Pada perkara apa sebaiknya kita bersikap lembut. Dan pada perkara apakah kita harus teguh layaknya batu karang yang tetap berdiri tegak meski berkali-kali dihempas ombak. Dan yang tidak kalah pentingnya kita bisa berdakwah sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Maka tidak benar jika saat terjadi benturan sang anak justru berputus asa dan tidak lagi menuntut ilmu syar’i. Padahal dia justru sangat butuh pada ilmu tersebut agar dapat menyelesaikan permasalahannya. Saat terjadi konflik dengan orang tua sehingga engkau kesulitan mendatangi majelis ilmu, usahakanlah tetap menuntut ilmu meski hanya sekedar membaca buku, mendengar rekaman kajian atau bertanya kepada ustadz. Dan segeralah kembali ke majelis ta’lim begitu ada kesempatan. Jangan lupa! Niatkanlah ilmu yang kau cari itu untuk menghilangkan kebodohan pada dirimu dan orang lain, terutama orangtuamu. Karena merekalah kerabat yang paling berhak atas dakwah kita.

Karena itu, wahai saudariku…
Istiqomahlah!
Dan bingkailah keteguhanmu dengan ilmu dan amal shalih
Hiasilah dirimu di depan orangtuamu dengan akhlaq yang mulia
Tegar dan sabarlah!
Tegarlah dalam menghadapi rintangan yang datang dari orangtuamu.
Dan sabarlah dalam berdakwah kepada orang tuamu
Tetap istiqomah dan berdakwah. Sambil terus mendoakan ayah dan ibu
Hingga saat datangnya pertolongan Allah…
Yaitu saat hati mereka disinari petunjuk dari Allah
insyaa Allah

Teriring cinta untuk ibu dan bapak…
Semoga Allah Mengumpulkan kita di surga Firdaus-Nya. Amiin.

Maraaji’:

1. Durhaka kepada orang Tua oleh ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, majalah Al Furqon edisi 2 Tahun IV
2. 14 Contoh Praktek Hikmah Dalam Berdakwah, Ustadz Abdullah Zaen, Lc.
3. Kajian Bahjah Qulub Al Abror oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, tanggal 4 November 2007

***

(muslimah.or.id)

Kamis, Agustus 25, 2011

Malam Lailatul Qodar

Assalaamua'laikum Wr.Wb

Diantara karunia Allah swt kepada hamba-hamba-Nya pada sepuluh malam terakhir adalah dijadikannya satu malam lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya ;

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr : 3)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan umatnya yang hendak mendapatkan malam mulia ini agar mencarinya pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan".

Namun dikarenakan tidak jarang terjadi perbedaan awal masuk Ramadhan di negara-negara islam maka bagi kaum muslimin yang ingin mendapatkan Lailatul Qadr hendaklah dia mencarinya disetiap malam pada sepuluh malam terakhirnya.

Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Siapa yang ingin mencari (Lailatul Qadr), maka hendaklah ia mencarinya pada sepuluh akhir Ramadlan."

Lailatul Qodr tidak hanya dikhususukan bagi orang yang beritikaf di masjid akan tetapi ia diperuntukan bagi kaum muslimin yang bersungguh-sungguh didalam beribadah dan tidak membuang-buang waktunya dengan amal-amal yang tidak bermanfaat pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan baik dirinya beritikaf atau tidak.

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah berkata; "Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya."

Seorang yang ingin mendapatkan Lailatul Qadr hendaklah memperhatikan hari-harinya di sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah-ibadah ketaatan kepada Allah swt. Hal demikian tidak hanya dilakukan pada malam-malam hari akan tetapi juga di siang-siang harinya, diantaranya : sedekah, membantu orang lain, memperhatikan shalat-shalat fardhu dan nafilah, dzikir, tilawah al qur’an, doa, qiyamullail atau lainnya.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Dan barang siapa yang menegakkan (shalat pada malam) Lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."

Dan sebaik-baik doa yang diucapkan pada malam itu adalah :

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; ALLAAHUMMA INNAKA 'AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku).” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih.
Wallahu A’lam

Wassalaamualaikum Wr Wb

sumber : http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/malam-lailatul-qodar.htm

Senin, Agustus 22, 2011

Amalan di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008)
Dalam lafazh yang lain:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no. 2009)
Ada dua penafsiran di kalangan ulama mengenai makna ‘mengencangkan sarung’:
a. Ini adalah kiasan dari memperbanyak ibadah, fokus untuk menjalankannya, dan bersungguh-sungguh di dalamnya.
b. Ini adalah kiasan dari menjauhi berhubungan dengan wanita. Ini adalah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan yang dirajihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahumallah.
Makna ‘menghidupkan malam’ adalah mengisinya dengan ibadah dibandingkan tidur yang merupakan saudara dari kematian.
Makna ‘membangunkan keluarga’ adalah mendorong dan memerintah keluarga untuk mengisi malam-malam itu dengan ibadah.

Pada dasarnya, membangunkan keluarga untuk shalat malam adalah hal yang disunnahkan. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Allah merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya. Dan Allah merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya.” (HR. Abu Daud no. 1113, An-Nasai no. 1592, dan Ibnu Majah no. 1326)
Akan tetapi hal ini lebih disunnahkan lagi di 10 terakhir ramadhan. Karena shalat lail mengandung banyak keutamaan sehingga tidak pantas bagi seorang muslim atau keluarganya untuk luput darinya. 10 hari terakhir juga adalah penutup bulan ramadhan, sementara setiap amalan itu tergantung dengan penutupnya. Sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6117)

Kemudian, ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan pada 10 hari ini tidak terbatas pada shalat lail saja, akan tetapi mencakup semua jenis ibadah seperti membaca Al-Qur`an, berdzikir, berdoa, bersedekah, dan selainnya.

Di antara keistimewaan 10 hari ini adalah di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau yang dikenal dengan malam al-qadr. Pada malam ini Al-Qur`an diturunkan, pada malam ini ditetapkan takdir untuk setahun berikutnya, dan pada malam ini terdapat banyak pengampunan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan: 3-5)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Dan siapa yang menegakkan (shalat pada malam) pada lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari no. 34 dan Muslim no. 1268)
Karena semua keutamaan inilah, sebagian ulama berpendapat bahwa 10 terakhir ramadhan itu lebih utama dibandingkan 10 hari pertama dzulhijjah. Wallahu a’lam.

Jumat, Agustus 19, 2011

17 Agustus 2011

Assalaamualaikum Wr Wb

Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita


itulah lagu yang menggambarkan suasana kebanggaan kita berbangsa Indonesia, bernegara Indonesia
tanda lahirnya bangsa Indonesia, lahirnya Kemerdekaan Indonesia

Lagu ini, adalah simbol bahwa Rakyat Indonesia telah merdeka, didalam bangsa dan negara yang merdeka, kemerdekaan yang ada dalam jiwa dan raga, dan setialah setiap rakyat yang ada didalam negara dan bangsa Indonesia.

Menengok sejarah masa lalu, setiap perjuangan dalam peristiwa-peristiwa penting, dari Bandung, Batavia, Jogjakarta, Semarang, Bali, Lampung, Maluku, Aceh, dan daerah-daerah lainnya, pahlawan-pahlawan memperjuangkan nasib negara ini, merasa memiliki negara ini, karena ketika negara ini merdeka, mereka turut merdeka...tak apa mengorbankan sandang mereka, pangan mereka, papan mereka, serta darah, bahkan nyawa mereka...hanya untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia, menjadi negara yang MERDEKA

Mungkin inilah semangat yang telah tertinggalkan dan dilupakan, setiap nafas dan nyawa yang ada didalam negara tercinta kita, pasti juga telah lupa, bagaimana rasanya berjuang demi negara, setia, berkorban, mungkin hanya beberapa abdi negara, yang berhadapan langsung ditanah-tanah yang tak tersentuh, bahkan sering bersitegang dengan negara tetangga...dan juga beberapa abdi negara yang mau mengangkat daerah-daerah yang tertinggal, tanpa pamrih dia mengabdi, berkorban dan berjuang untuk negera ini.

untuk saudara-saudaraku yang telah memanfaatkan negara ini untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ingatlah akan nasib penerus bangsa ini, seperti kita menggali lubang, yang kita siapkan bukan untuk kita, tapi untuk anak-anak dan cucu-cucu kita.

Nasib bangsa ini ada pada pundak kita semua, rakyat Indonesia...

Wassalaamualaikum Wr Wb

Selasa, Agustus 16, 2011

acara Bukber bareng temen2 kantor di pasar baru

Assalaamualaikum Wr Wb
Alhamdulillah, dalam bulan penuh rahmat ini, temen2 sebidang di tempat kerjaku, mendapatkan penghormatan, merayakan bertambahnya umur mereka, dalam satu bidang ada 3 orang sekaligus, mantap bukan.

Alhasil, direncanakanlah acara buka puasa bareng, demi menjaga keharmonisan antara sesama umat beragama, karena ada teman2 yang memang beragama non muslim, indah bukan...hmm tak kusangka, masih ada keindahan dipanasnya ibukota...

jarak dari tempat kerja ke lokasi memang tak terlalu jauh, akhirnya teman2 memutuskan untuk berjalan kaki ke lokasi, tak sampai 10 menit sudah sampai ke lokasi...lumayan nyaman...walau kaki sedikit capek, tak beberapa lama, menyusul teman2 kami yang dibelakang, dan tak ketinggalan dengan kepala bidang kami...

lumayan ramai, apalagi kita jarang banget ngadain acara seperti itu, jadi terlihat bagaimana kita kalau sama2 kumpul bareng diluar kantor...semoga ada acara2 lagi berikutnya...

yang paling penting adalah, doaku untuk teman2ku...semoga hajat dari teman2ku yang merayakan bertambahnya umur mereka bisa terkabulkan, dan menjadi sosok2 penerus bangsa yang berdedikasi...Aamienn

dan untuk teman2 yang lain, jangan lupa diadain acara selanjutnya...wkwkkw (*ngarep.com)

Wassalaamualaikum Wr Wb

Senin, Agustus 15, 2011

Adikku dah mulai puasa

Alhamdulillah, Sang Hina masih diberikan sedikit kekuatan dari Allah, untuk berbagi cerita dengan saudara2ku diluar sana.

Bulan Puasa ini, memang berat dari bulan2 sebelumnya, dan tahun ini adalah tahun yang berat pula, daripada tahun2 sebelumnya. walaupun bukan pertama kali, jauh dari keluarga, namun kali ini, tak bisa ku sesekali pulang seminggu sekali, karena jarak yang memisahkan.

Jauh dari keluarga, memang tampaknya sulit kuatasi, namun mungkin ini harapan TuhanKu, yang ingin mendidikku hanya untuk bergantung kepadaNya. dari semua cerita perjalanan hidupku, mungkin ditempat inilah wujud nyata siapa diriku, apa yang telah kucari selama ini, dan pembuktian pelajaran2 hidup yang telah aku alami.

Pengalaman Pribadiku ketika kecil, aku puasa

Dulu ketika aku kecil, sejak dari TK, aku sudah belajar untuk berpuasa, walaupun masih saja, ketika bedug dhuhur terdengar, aku langsung berlari, mencari segelas air, dan sepiring nasi...hal itu berjalan sampai aku kelas 1 SD, sementara kelas 2 aku sudah memulai untuk berpuasa FULL, tak ada janji-janji yang diberikan orang tuaku, hanya berupa GENGSI jika aku ketahuan tak puasa diantara teman2ku...hmm....
rasanya malu bercampur semua, masa aku kalah dari teman2 sebayaku...

akhirnya itulah tujuanku, GENGSI ...tak melulu mencari RIDHO ALLAH, ataupun dilakukan dengan GEMBIRA, cerminan seorang anak kecil yang normal, yang memang blm menemukan hidayah, mungkin inilah yang dirasakan adik kecilku, yang bernama Almeida Ulfiani Nursyifa, adik kecilku yang cantik, rupawan, centik, nakal namun mengobati semua rasa rinduku ketika kulelah.

Adikku dah mulai puasa

tak terasa adikku sudah mulai berajak, berubah menjadi sesosok gadis kecil yang mungil, sudah berusaha untuk memulai puasanya. ada kebanggaan tersendiri, dengan dia sudah mulai belajar mengaji, dan puasa, itu hadiah luar bisa, dikala aku jauh dari adikku.

mungkin niatnya berbeda dengan pengalaman pribadiku ketika aku masih kecil, mengharapkan balasan untuk usahanya selama berpuasa, tak apalah, aku pikir,
hitung-hitung masih belajar, pelan dan perlahan pasti dia akan faham, tentang arti puasa. bukan karena GENGSI, bukan karena MALU atas TEMAN2, dan bukan karena makhluk, tapi karena HATInya berkata SEMUA KARENA ALLAH, semoga... Aamiennn

Kamis, Agustus 11, 2011

Kelelahan Hati

ijinkan kugantungkan semua bebanku sejenak
tuk hilangkan penat yang ada dihati
ku akui ku lelah
lelah dengan semua ini
terkadang ku ingin terbangkan jiwa
dan meninggalkan raga
menuju tempat terakhir
hidup terkakhir untuk menjadi abadi

namun kuyakin, setiap aral yang melintang
jiwaku bergolak tuk teriak
kusanggup lalui itu
karena Ia selalu ada
saat ku terpuruk
saat ku terjatuh
saat ku tertunduk
saat ku terluka
saat ku tertawa
saat ku tersenyum
saat ku bahagia
saat ku bangkit
Ia selalu ada dalam hatiku

menuntukku ke jalan nurani
tak akan kuingkari setiap petunjukNya
dan setiap titahNya
karena aku abdi
karena aku makhluk
karena aku kecil
karena aku tak punya kuasa
karena aku hanya seorang Hamba
terimalah ketergantunganku Ya Robb

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung (3:173)

Senin, Agustus 01, 2011

Ramadhan kali ini...

Assalaamualaikum Wr Wb

Sang Hina akui, ramadhan kali ini terasa berbeda, hm...walaupun tidak pertama kalinya hidup di perantauan, namun kali ini benar-benar jauh dari keluarga dan orang2 yang kucintai. teringat waktu ramadhan tahun lalu, bagaimana ku begitu bersemangat untuk menghabiskan waktu berbuka puasa dengan keluargaku, beserta bapak ibu, kedua adikku, suasana yang benar2 membuatku rindu kali ini...
dan yang membuatku mengapa merasa ramadhan kali ini berbeda, karena orang yang kucintaipun meninggalkanku untuk orang yang dia cintai...ironi memang...hm..hmm...jadi ingat masa lalu...hehehe...tak terasa kejadian 7 tahun yang lalu terulang kembali...saat dimana masuk bulan ramadhan, ditinggalkan orang terkasih...
hanya Allah yang Maha Tahu tentang semua yang ada didalam dunia ini beserta rahasia2nya...

terucap kata syukur namun lirih
kuakui ku berusaha ikhlas
luka ini masih terasa
begitu hangat dan harum
terdiam membisu
lebih baik Engkau ambil nyawaku
begitu doaku kepadaMu
aku tahu Hamba Dzolim
Hamba Serakah
Hamba Khilaf
Ampuni Aku Ya Robb
Terimalah TaubatKu...
Terimalah Hamba untuk kembali kesisiMu dalam keadaan suci...Aamienn

Wassalaamualaikum Wr Wb